Puja Pratama Ridwan: Pentingnya Tetap Skeptis, Kalau Mau Jadi Jurnalis Data

Author
Ditulis olehLoker • 27 Februari 2025
Rubrik Profil

pengalaman-puja-sebagai-jurnalis-data-tahun-2025

Menjadi skeptis itu penting, kalau mau jadi jurnalis data. Itu kata Puja Pratama Ridwan, seorang profesional data journalist yang saat ini bekerja di KATADATAcoid. Apa lagi sekarang ini zaman tsunami informasi, memilah data dan informasi yang valid itu penting sebelum mengolahnya ke dalam tulisan. "Jam terbang, insting, dan skeptikal supaya enggak jadi hoaks," begitu kira-kira kata Puja.

Perjalanan dari masa kuliah menjadi bagian dari lembaga pers mahasiswa dan masa-masa intern memperkaya pengalaman Puja dan mempertajam skill dan instingnya. Buat Anda yang tertarik dengan profesi jurnalis data atau mau meng-updtae seputar perkembangan jurnalisme era digital saat ini, baca langsung obrolan kami ya!

Apa yang membuat Anda tertarik menjadi seorang jurnalis data?

Saya awalnya kuliah broadcast journalism, tetapi saya rasa sepertinya saya tidak percaya diri di depan kamera. Saya lebih suka mikir di belakang, ndilalah waktu semester dua saya dikenalkan oleh seorang teman ke data journalism. Saya tertarik, terkesan futuristik dan saintifik hehehe. Terlebih, topik dan angle yang digarap lebih dalam dan tajam.

Waktu itu saya kebetulan memang di divisi riset Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) kampus saya, jadi saya sering trial and error di sana untuk membuat konten jurnalisme data. Waktu itu saya juga diamanatkan jadi Pimpinan Redaksi LPM kampus saya di tahun ketiga masa kuliah saya, disitu saya semakin senang untuk eksekusi konten jurnalisme data karena serasa punya ruang untuk jadi laboratorium saya belajar.

Bisakah Anda ceritakan tentang perjalanan karir Anda sebagai jurnalis data?

Medio 2022, saya kirim proposal magang ke Tempo. Syukurnya, saya diberi kesempatan oleh divisi Tempo Media Lab (TML) di Tempo.co sebagai Intern Data Journalist. Kala itu saya punya tanggung jawab untuk menulis di kanal Data.tempo.co dan interaktif.tempo.co. Di kanal data, saya menulis laporan berbasis data, tetapi di kanal itu cenderung ringkas, mungkin satu sampai tiga visualisasi data untuk laporan.

Sementara, di kanal Interaktif saya cenderung menulis longform, alias tulisan yang cenderung panjang dan punya cerita dan analisis lebih banyak. Di sini juga saya pernah membuat newsgame, laporan jurnalisme yang dikemas dalam gim.

Setelah masa magang saya di Tempo usai, saya lanjut magang di Goodstats, kanal jurnalisme data milik Good News From Indonesia (GNFI). Pekerjaan di sini cenderung mirip seperti di kanal Data Tempo, tetapi lebih sederhana lagi.

pengalaman-puja-mengolah-data-tahun-2025

Apa proyek atau liputan yang paling berkesan bagi Anda sebagai jurnalis data? Mengapa?

Mungkin ada tiga ya. Pertama, waktu saya buat newsgame kala magang di Tempo, waktu itu gimnya berjudul "Lika-Liku Polisi Mengungkap Perkara". Newspegnya kasus Ferdy Sambo, gimnya visual novel yang memberikan pengalaman pembaca untuk tahu bahwa kasus yang penuh intrik akan sulit dipecahkan, terlebih jika sudah banyak bukti yang dimanipulasi.

Kedua, liputan soal perkebunan sawit dalam kawasan hutan. Liputan ini saya garap waktu saya masih kuliah semester 6, karena saya berhasil dapat dana hibah dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia. Di liputan ini saya juga “bermain” menggunakan data geospasial, antara konsesi perusahaan dan kawasan hutan yang diatur Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kala itu belum ganti nama. Ditemukan banyak perusahaan sawit yang melanggar.

Terakhir, ini waktu saya sudah resmi jadi Full-Time Data Journalist di Katadata. Pengujung 2023 saya dan tim dapat hibah untuk membuat laporan yang menjawab mengapa banyak Caleg DPR yang berdomisili di Jakarta, padahal konstituen yang diwakilkan berada di daerah.

Karena harusnya “tokoh” daerah, lebih tahu persoalan strategis daerahnya, ketimbang orang luar daerah. Hal ini menarik, karena caleg asal Jakarta yang mewakili daerah pilih non-Jakarta malah punya keterpilihan tinggi sejak 3 Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif terakhir.

Di liputan ini, saya dan tim memetakan fenomena ini dengan data agar masyarakat yang memiliki hak pilih, bisa lebih jeli dan mengerti alur politik negeri ini. Tujuannya, agar masyarakat lebih jeli dan tidak memilih perwakilan seperti membeli kucing dalam karung.

Bagaimana Anda melihat peran jurnalis data dalam masyarakat saat ini?

Bagi saya ini pekerjaan penting, meski di Indonesia belum semua media punya pekerjaan jenis ini. Di era tsunami informasi dan hoax seperti ini, data dapat menjadi sumber informasi yang akurat, alias tidak omon-omon, hehehe. Selain itu, pekerjaan ini juga membantu masyarakat lebih mengerti hal-hal rumit. Karena kami dituntut untuk membuat informasi yang rumit dan sulit dimengerti dalam data, menjadi lebih mudah dipahami pembaca.

Apa perbedaan mendasar antara jurnalis data dan jurnalis konvensional?

Perbedaan yang paling mendasar nampaknya terlihat dari alur kerja. Jurnalis konvensional cenderung mengejar isu dan narasumber sebagai informasi primer. Sementara, jurnalis data mengejar story behind the data, atau hal-hal yang tak tampak di kulit. Kami menjadikan data sebagai informasi primer laporan kami. Kami juga “mewawancarai data”, alias melakukan analisis data untuk menyibak informasi yang tak terlihat dalam angka-angka. Kesamaannya, kami tetap menulis. Mengelaborasi temuan dan kesimpulan dari data yang rumit menjadi lebih mudah dimengerti pembaca.

passion-sebagai-jurnalis-data-tahun-2025

Keahlian apa saja yang penting dimiliki oleh seorang jurnalis data?

Dari segi jurnalistik ada dua. Kemampuan yang penting pertama adalah mengetahui isu, dan memilah mana yang penting. Ini lumayan sulit, karena pada praktiknya, kami menerima sangat banyak informasi hingga terkadang melakukan bias untuk memilah mana yang lebih penting. Ini kemampuan yang akan terus berkembang seiring jam terbang, biasanya jurnalis kawakan lebih punya sense mendengus dan menangkap isu lebih baik.

Yang kedua, kemampuan bertanya. Bos saya mengajarkan banyak soal ini. Menurutnya, laporan yang bagus adalah laporan yang menjawab pertanyaan. Jadi sebelum meriset sebuah topik, jurnalis sudah harus punya pertanyaan besar, hal ini agar laporannya tak sekadar memberkan data dan kehilangan konteks, tetapi lebih merujuk ke persoalan.

Dari segi data, data journalist harus bisa menganalisis data, paling tidak mengerti dasar-dasar statistik sederhana. Bisa dengan spreadsheet, atau bahasa pemrograman seperti Python atau R untuk data skala besar. Selain itu, juga harus memiliki kemampuan memvisualisasikan data dalam diagram, ini bertujuan agar data tak hanya sekadar jadi angka-angka hiasan.

Bagaimana Anda mengembangkan dan meningkatkan kemampuan Anda sebagai jurnalis data?

Saya masih aktif ikut dalam course hardskill dan softskill terkait data journalism, seperti menulis atau hal yang sifatnya teknis seperti analisis data, penginderaan jauh, atau bahasa pemrograman.

Tantangan apa yang paling sering Anda hadapi dalam pekerjaan sebagai jurnalis data dan bagaimana mengatasinya?

Banyak hal yang sulit di pekerjaan ini, salah satunya mencari data. Mungkin dengan mencari di mesin telusur, kita bisa menemukan data yang kita inginkan. Tetapi persoalannya, banyak data serupa dari sumber yang berbeda. Menurut saya, memverifikasi informasi menjadi salah satu tantangan dalam pekerjaan ini.

Selain itu, mengelaborasikan laporan rumit menjadi sederhana merupakan tantangan terberat dalam pekerjaan ini. Berkali-kali laporan saya dikembalikan oleh bos, karena gagal mengelaborasikan cerita, atau temuan analisis.

Mengatasi tantangan seperti itu, nampaknya harus terus dijalani seperti menelan pil pahit. Lama-lama akan terbiasa jadi lebih baik jika terus berlatih, dan dapat saran yang membangun.

Bagaimana Anda melihat perkembangan profesi jurnalis data di era digital saat ini?

Luar biasa, tanggung jawab pekerjaan ini semakin berkembang sejalan dengan tools kerjanya. Terlebih di era kecerdasan buatan seperti hari ini. Belajar jadi lebih mudah, AI biasa jadi teman kerja saya. Bisa jadi asisten untuk membantu saya meriset, brainstorming, hingga menganalisis data, atau menulis code bahasa pemrograman untuk saya.

Apa saja peluang dan ancaman bagi jurnalis data di masa depan?

Yang paling berbahaya untuk saya adalah data itu sendiri. Karena bisa saja pemerintah atau berbagai lembaga negara berbohong menggunakan data. Sementara resource data di Indonesia sangat sempit.  Kiamatlah sudah, kalau data-data resmi dimanfaatkan sebagai alat propaganda. Mengawasi pemerintah bakal semakin rumit dilakukan.

Bagaimana Anda menjaga etika dan integritas jurnalistik dalam era digital?

Dengan selalu memastikan informasi yang saya sajikan valid dan benar. 

Mengapa data sangat penting dalam jurnalisme saat ini? Bagaimana Anda menggunakan data dalam pekerjaan Anda sebagai jurnalis?

Data penting untuk menyampaikan informasi yang akurat. Saya menggunakannya untuk menceritakan hal-hal yang berguna untuk hajat hidup orang banyak.

Apa pesan atau saran Anda bagi calon jurnalis data di era digital saat ini?

Tetaplah skeptis. Kebenaran bisa ada di mana saja. Bahkan di tempat-tempat tergelap yang tak biasa dijamah orang kebanyakan.

Baca terus Rubrik Profil Loker ID untuk mendapatkan insight dan cerita karier expert lainnya ya!