HRD Juga Bisa Burnout, Ketahui 4 Penyebabnya

Author
Ditulis olehLoker • 9 Desember 2024
Zona HR

hrd-burnout-tahun-2024

HRD, sebagai ujung tombak dalam mengelola sumber daya manusia di perusahaan, seringkali dianggap sebagai sosok yang kuat dan tahan banting. Namun, mereka juga manusia biasa yang rentan mengalami burnout. Burnout pada HRD dapat berdampak negatif pada kinerja mereka, serta pada keseluruhan organisasi. Untuk mencegah dan mengatasi masalah ini, penting untuk memahami penyebab utama burnout pada HRD.

Penyebab HRD Burnout

Siapa sangka, orang yang bertanggung jawab menjaga kesejahteraan karyawan justru bisa mengalami burnout? Terdengar ironis? Namun, kenyataannya, HRD juga manusia biasa yang memiliki batas kemampuan. Mari kita bahas lebih dalam apa saja yang menyebabkan burnout pada profesi yang satu ini.

1. Beban Kerja yang Berat dan Berkelanjutan

Salah satu penyebab utama burnout pada HRD adalah beban kerja yang berat dan berkelanjutan. HRD seringkali harus menangani berbagai tugas sekaligus, mulai dari rekrutmen, pengembangan karyawan, pengelolaan kinerja, hingga penyelesaian masalah personal karyawan. Beban kerja yang terus meningkat tanpa adanya waktu istirahat yang cukup dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang parah.

Selain jumlah tugas yang banyak, kompleksitas tugas HRD juga semakin meningkat. Perubahan yang cepat dalam dunia kerja, seperti adopsi teknologi baru dan perubahan model bisnis, menuntut HRD untuk terus belajar dan beradaptasi. Hal ini dapat menambah beban kerja dan tekanan pada HRD.

2. Tingginya Tingkat Emosional

HRD seringkali harus berhadapan dengan berbagai situasi yang melibatkan emosi, baik itu emosi karyawan maupun emosi pimpinan perusahaan. Misalnya, HRD harus memberikan feedback yang konstruktif kepada karyawan yang performanya kurang baik, atau harus membantu karyawan yang mengalami masalah pribadi. Interaksi emosional yang intens dan berkelanjutan dapat menyebabkan kelelahan emosional pada HRD.

Selain itu, HRD juga harus mampu menjaga keseimbangan emosional dalam menghadapi berbagai tekanan kerja. Misalnya, HRD harus mampu mengambil keputusan yang sulit, seperti melakukan PHK atau memberikan sanksi kepada karyawan. Keputusan-keputusan seperti ini dapat menimbulkan tekanan emosional yang signifikan.

3. Kurangnya Dukungan dari Manajemen

Dukungan yang kuat dari manajemen sangat penting untuk mencegah burnout pada HRD. HRD perlu merasa dihargai dan didukung dalam menjalankan tugasnya. Namun, seringkali HRD tidak mendapatkan dukungan yang memadai dari manajemen.

Kurangnya dukungan dari manajemen dapat berupa beban kerja yang tidak realistis, kurangnya sumber daya yang diperlukan, atau kurangnya pengakuan atas prestasi. Selain itu, jika manajemen tidak memberikan prioritas pada kesejahteraan karyawan, termasuk HRD, maka akan sulit bagi HRD untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

4. Ekspektasi yang Tidak Realistis

HRD seringkali menghadapi ekspektasi yang tidak realistis dari berbagai pihak, baik itu karyawan, pimpinan perusahaan, maupun stakeholders lainnya. Misalnya, karyawan mungkin mengharapkan HRD untuk menyelesaikan semua masalah mereka dengan cepat dan mudah, sementara pimpinan perusahaan mungkin mengharapkan HRD untuk selalu tersedia 24/7.

Ekspektasi yang tidak realistis dapat membuat HRD merasa tertekan dan tidak mampu memenuhi semua tuntutan yang ada. Hal ini dapat menyebabkan penurunan motivasi dan produktivitas, serta meningkatkan risiko burnout.

Bagaimana Mengatasi Burnout pada HRD

bagaimana-mengatasi-burnout-pada-hrd-tahun-2024

Burnout pada HRD bukanlah hal yang asing. Beban kerja yang tinggi, tekanan emosional, dan tuntutan yang terus meningkat dapat membuat para profesional HRD merasa kelelahan, frustrasi, dan kehilangan motivasi. Untuk mencegah dan mengatasi burnout, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan individu, tim, dan organisasi.

1. Meningkatkan Keseimbangan Kerja-Hidup

Salah satu kunci untuk mencegah burnout adalah dengan menciptakan keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi. HRD perlu belajar untuk memisahkan waktu kerja dan waktu istirahat. Membatasi waktu kerja, mengambil cuti secara teratur, dan melakukan aktivitas yang menyenangkan di luar pekerjaan dapat membantu memulihkan energi.

2. Mengelola Beban Kerja

Beban kerja yang berlebihan adalah salah satu penyebab utama burnout. HRD perlu berkomunikasi secara terbuka dengan atasan mengenai beban kerja yang dirasakan. Prioritaskan tugas, delegasikan tugas yang memungkinkan, dan belajar untuk mengatakan tidak.

3. Membangun Jaringan Dukungan

Memiliki jaringan dukungan yang kuat sangat penting bagi HRD. Berbagi perasaan dan pengalaman dengan rekan kerja, mentor, atau teman dapat membantu mengurangi perasaan terisolasi dan memberikan perspektif baru.

4. Mengembangkan Keterampilan Manajemen Stres

Mempelajari teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dalam dapat membantu HRD untuk mengelola emosi dan mengurangi tingkat stres.

5. Mencari Peluang Pengembangan Diri

Mengikuti pelatihan atau program pengembangan diri dapat membantu HRD merasa lebih kompeten dan termotivasi. Selain itu, mempelajari keterampilan baru juga dapat memberikan tantangan yang positif.

6. Memperhatikan Kesehatan Fisik dan Mental

Kesehatan fisik dan mental yang baik sangat penting untuk mencegah burnout. HRD perlu memastikan untuk mendapatkan cukup tidur, makan makanan bergizi, dan berolahraga secara teratur.

7. Membangun Budaya Kerja yang Positif

Perusahaan perlu menciptakan budaya kerja yang positif dan mendukung kesejahteraan karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penghargaan, mengakui prestasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif.

Mengatasi burnout pada HRD membutuhkan upaya bersama dari individu, tim, dan organisasi. Dengan menerapkan langkah-langkah yang telah disebutkan di atas, HRD dapat menjaga kesejahteraan mental dan fisik mereka, serta meningkatkan produktivitas dan kinerja mereka dalam jangka panjang.

Manajemen Suportif Kunci Lingkungan Kerja Sehat untuk Karyawan

membangun-manajemen-suportif-tahun-2024

Manajemen yang suportif merupakan fondasi kuat dalam membangun lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Kepemimpinan yang peduli, empati, dan mendukung dapat menciptakan suasana kerja yang positif, meningkatkan motivasi karyawan, serta meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

Peran manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat sangatlah krusial. Mereka berperan sebagai role model bagi karyawan, menetapkan standar perilaku yang positif, dan menciptakan budaya kerja yang inklusif. Manajemen yang suportif juga aktif mendengarkan masukan dari karyawan, memberikan umpan balik yang konstruktif, serta mengakui dan menghargai prestasi yang telah dicapai.

Manajemen yang suportif memiliki dampak positif yang signifikan terhadap karyawan. Karyawan yang merasa didukung dan dihargai cenderung lebih loyal terhadap perusahaan, memiliki tingkat stres yang lebih rendah, dan lebih produktif. Selain itu, mereka juga lebih cenderung untuk berinovasi dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perusahaan.

Untuk menerapkan manajemen yang suportif dalam praktik, perusahaan dapat melakukan beberapa hal berikut:

  • Membangun komunikasi yang terbuka: Ciptakan saluran komunikasi yang efektif antara manajemen dan karyawan. Dorong karyawan untuk menyampaikan pendapat dan ide-ide mereka.
  • Memberikan pelatihan dan pengembangan: Investasikan dalam pengembangan keterampilan karyawan melalui pelatihan dan program pengembangan diri.
  • Menghargai keberagaman: Ciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan menghormati perbedaan individu.
  • Menyediakan dukungan emosional: Berikan dukungan emosional kepada karyawan yang mengalami kesulitan, baik itu masalah pribadi maupun pekerjaan.
  • Mengukur kepuasan karyawan: Lakukan survei kepuasan karyawan secara berkala untuk mengetahui apa yang perlu ditingkatkan.

Manajemen yang suportif adalah kunci utama dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Dengan memberikan dukungan, penghargaan, dan kesempatan untuk berkembang, perusahaan dapat menciptakan tempat kerja yang menyenangkan dan memotivasi karyawan untuk memberikan yang terbaik.

Kalau Anda sedang mencari lingkungan pekerjaan yang suportif, cek peluang kerja baru di loker.id!