Esa Dwiyan : "Kita Memang Perlu Kabur, Kabur untuk Cari Ilmu dan Relasi Baru"
Ditulis olehLoker • 26 Mei 2025
#KaburAjaDulu menjadi viral beberapa waktu lalu dan sampai sekarang masih hangat diperbincangkan. Konten-konten janji manis kerja di luar negeri pun ramai kita temukan di medsos. Menanggapi fenomena ini, Esa Dwiyan, profesional yang berprofesi sebagai Business Development dengan sistem kerja remote dengan kantor di United States ini bilang, "Kita perlu kabur aja dulu. Kabur dulu untuk cari ilmu lagi, cari pengalaman berbeda, cari relasi baru. Sedikit catatan, jangan juga langsung terjebak dan ikut-ikutan trend karena kabur aja dulu pun tetap perlu persiapan yang matang."
Bukan hanya ngomongin soal kabur-kaburan, bersama Loker, Esa juga curhat perihal kerja mode remote yang kerap dikejar-kejar orang-orang saat ini. Pada akhirnya semua pekerjaan selalu ada plus minusnya, "Karena kerja di rumah, banyak yang menyangka kerjaan kita sefleksibel itu, jadi sering diminta istri ke warunglah, bukain galon, ini bikin distraksi juga.." ceritanya.
Langsung aja yuk simak, obrolan kami di sini!
Sudah berapa lama Anda bekerja secara remote? Bagaimana pengalaman Anda dengan model kerja ini?
Saya bekerja remote sudah hampir 2 tahun sekarang dan rasanya campur aduk bekerja dengan model remote. Seneng juga, kadang suka bikin kesel. Perlu diketahui bahwa tempat kerja saya saat ini sangat flexible sehingga kita bisa bekerja jam berapa pun dan dimanapun. Dengan model kerja seperti ini satu hal yang paling diperlukan adalah self-managed.
Saya tahu sebagian orang mengira bahwa kerja remote sangat flexible bisa kerja sambil santai dan liburan, tapi itu tidak sepenuhnya benar karena pada akhirnya result adalah sesuatu yang dicari sama perusahaan. Jika kita tidak bisa membawa diri dan mengatur diri dengan baik, bukannya produktif justru malah berantakan
Apa tantangan terbesar yang Anda hadapi saat bekerja secara remote, dan bagaimana Anda mengatasinya?
Bagi saya, tantangan terbesar bekerja secara remote datang dari orang rumah atau keluarga sendiri, terutama yang sudah punya pasangan dan anak. Seringkali keluarga melihat saya di rumah tanpa vibes kerja. Jadinya ada aja momen istri minta tolong bukain galon, pergi ke warung, ngambilin paket, dan hal rumah tangga lainnya. Ini jadi sumber distraksi paling sering saya temui selama kerja remote.
Cara saya mengatasi hal ini tentu komunikasi. Tidak mudah memang pada awalnya apalagi saya bekerja di kantor dan harus transisi ke remote, tentu ada banyak hal yang perlu dipelajari bersama-sama bukan hanya saya saja tapi juga semua anggota keluarga di rumah.
Maka dari itu komunikasi dan upaya memahamkan keluarga jadi satu aktifitas yang terus dilakukan. Awal transisi sangat sulit, tapi sekarang keluarga sudah mulai terbiasa. Ketika saya mulai masuk kamar sebelah yang dijadikan kantor maka anak sudah paham kalo saya mulai kerja dan baru bisa diganggu ketika saya sudah keluar dari kamar.
Menurut Anda, apa saja keuntungan dan kekurangan dari bekerja secara remote di bidang business development?
Salah satu keuntungannya kita bisa kerja sambil travelling ketemu client atau kegiatan onsite dengan departemen atau semua karyawan di negara lain. Ini jadi salah satu hal yang rewarding buat saya. Ada pun kekurangan yang saya rasakan terkadang kita perlu ikut kerja waktu US atau UK. Akan ada momen perlu ikut meeting malem-malem atau harus kerja dari pagi sampai malam di momen tertentu seperti saat ini, Ramadan.
Bagaimana Anda menjaga komunikasi dan kolaborasi yang efektif dengan tim Anda yang tersebar di berbagai lokasi?
Over komunikasi diperluin banget kalo kita kerja remote. Kadang chat atau pesan kita akan tertutup sama yang lain, dan penting banget buat terus follow up ke tim dan diingetin lagi. Kalo masih ngga mempan juga, emang jalan terbaik tetep meeting gmeet atau zoom untuk klarifikasi beberapa hal. Kadang kita yang perlu ngalah ikutin timezone team kita dan terkadang mereka yang ngalah ngikut timezone kita.
Kemudian satu lagi, emoji. Karena kita tim yang jarang ketemuan dan kita juga belum paham karakter anggota tim yang lain, sesederhana emoji bisa ningkatin mood positif dalam komunikasi.
Apakah Anda melihat remote working sebagai tren jangka panjang di dunia kerja? Mengapa?
Saya rasa ini akan tetap jadi trend ke depannya, minimal untuk perusahaan skala kecil menengah seperti start up. Sejauh yang saya amati dari beberapa trend kerja perusahaan, mulai banyaknya pekerjaan digital yang hanya memerlukan laptop, dan career coach serta remote advisor global saya masih melihat kerja remote masih tetap punya pasarnya sendiri.
Sebagai seorang profesional business development di bidang crowdfunding, bagaimana Anda melihat perkembangan industri crowdfunding dalam beberapa tahun terakhir, dan bagaimana prediksinya di masa depan?
Perlu dicatat bahwa crowdfunding yang saya geluti adalah donation-based yang bisa jadi berbeda dengan crowdfunding berbasis capital, loan, reward, dan lainnya. Saya melihat donation-based crowdfunding di Indonesia sudah seperti kacang goreng, banyak bertebaran dan semua model bahkan sampai format website-nya mirip-mirip tanpa ada sentuhan hal baru.
Bagi saya, ke depannya crowdfunding ini ngga akan begitu works, melihat semua yayasan mulai bisa membuat crowdfunding sendiri dan saling menjaga donatur sendiri. Perlu model lain selain crowdfunding. Maka dari itu crowdfunding perlu mulai punya nilai tambah selain hanya mempertemukan donatur dan yayasan di platform.
Apakah Anda familiar dengan tren #KaburAjaDulu yang sedang marak di Indonesia? Apa pendapat Anda tentang fenomena ini?
Saya pribadi pernah kuliah di luar negeri dan sekarang pun bekerja dengan orang dari negara lain. Saya bisa mengatakan kita perlu kabur aja dulu :). Kabur dulu untuk cari ilmu lagi, cari pengalaman berbeda, cari relasi baru. Karena secara langsung ataupun tidak kita tetap bisa memberi manfaat untuk Indonesia dimanapun kita berada. Sedikit catatan untuk kita semua, jangan juga langsung terjebak dan ikut-ikutan trend karena kabur aja dulu pun tetap perlu persiapan yang matang.
Bagaimana tren #KaburAjaDulu dapat memengaruhi pasar kerja dan dinamika dunia kerja di Indonesia?
Mungkin tidak dalam waktu cepat akan berpengaruh. Yang saya tau saat ini trend #KaburAjaDulu masih dalam tahapan awareness. Orang-orang baru mulai sadar ada peluang di luar Indonesia yang jauh lebih mudah, baik peluang kerja atau peluang belajar. Mulai banyak komunitas yang terbangun untuk bantuin orang-orang yang mau dapetin peluang di luar Indonesia, saya sendiri pun sedang membangun komunitas untuk orang-orang yang mau kerja remote saat ini.
Sebagai seorang profesional di bidang business development, apa saran Anda bagi generasi muda Indonesia yang tertarik untuk berkarir di luar negeri?
Saya melihat skill, portfolio, dan bahasa menjadi begitu penting jika ingin mulai berkarir kerja remote untuk perusahaan luar negeri. Sehingga mulai dari sekarang, kita perlu persiapkan 3 hal diatas. Dan tambahan juga kita perlu mempelajari cara "present" diri kita dengan baik. Sering saya temui orang Indonesia yang sudah capable, tapi masih kurang PD ketika di interview atau kurang bisa present skill-nya di CV dan portfolio. Hal ini bisa jadi penghambat juga untuk berkarir kerja remote. Meningkatkan percaya diri dan tau cara present diri kita, akan bantu temen-temen yang mau dapetin kerja remote.
Apa harapan Anda untuk karier Anda di masa mendatang?
Untuk karir, saya merasa sudah cukup dengan role yang saat ini saya jalani dan belum memiliki keinginan untuk meningkatkan tanggung jawab atau semacamnya. Selain karir, hal yang ingin saya fokuskan saat ini adalah membuat sebuah karya. Lebih pengen bikin sesuatu yang bisa ngasih manfaat ke orang banyak dengan apa pun yang saya punya dan saat ini RemoteCircle adalah salah satu yang sedang saya upayakan.